“Aku tidak bisa hidup
tanpamu. Aku sudah berusaha melupakanmu tetapi aku tidak bisa. Kembalilah
padaku dan tinggalkan dia. Belum terlambat untuk kita bisa bersama lagi seperti
dulu.” Ucap Rio dengan nada penuh harap.
Aku tidak bisa menutupi
rasa terkejutku mendengar hal itu dari mulut Rio. Aku hanya diam. Mulutku
seakan terkunci rapat. Hatiku bimbang dan ragu untuk menjawab. Aku tidak bisa menutupi
di dalam hatiku masih menyimpan rasa untukknya. Tidak mudah melupakan saat-saat
bersamanya selama tiga tahun berpacaran. Kami menjalani hubungan backstreet
dari keluarga.
Hingga hubungan kami harus berakhir ketika orang tuaku menjodohkanku dengan pilihan mereka. Aku tidak bisa menolak perjodohan itu karena aku tidak mau mengecewakan mereka. Aku tidak punya pilihan lain apalagi Rio mencoba mengikhlaskanku menikah dengan Raffa, anak dari sahabat baik orang tuaku dan juga teman masa kecilku. Raffa yang selama ini menyimpan perasaan lebih padaku.
Hingga hubungan kami harus berakhir ketika orang tuaku menjodohkanku dengan pilihan mereka. Aku tidak bisa menolak perjodohan itu karena aku tidak mau mengecewakan mereka. Aku tidak punya pilihan lain apalagi Rio mencoba mengikhlaskanku menikah dengan Raffa, anak dari sahabat baik orang tuaku dan juga teman masa kecilku. Raffa yang selama ini menyimpan perasaan lebih padaku.
Enam bulan aku
menjalani pernikahan dengan Raffa. Selama itu aku berusaha untuk mencintainya
dan melupakan Rio. Rasa bersalah terus berkecamuk karena aku tidak pernah jujur
pada Raffa kalau aku mencintai Rio. Hingga suatu hari Raffa mengetahui kalau
selama ini aku mencintai Rio ketika ia membaca surat-surat dari Rio untukku.
Raffa sangat kecewa dan marah. Aku memahami kekecewaannya padaku. Raffa
menyerahkan keputusan padaku untuk memilih ia atau Rio. Raffa ingin melihatku
bahagia walaupun ia dengan terpaksa harus melepasku untuk Rio.
“Maafkan aku, Rio. Aku
tidak bisa meninggalkan suamiku. Aku sudah mempunyai kehidupan baru bersamanya.
Ketulusan cinta dan pengorbanan Raffa demi kebahagiaanku membuka mata hatiku
kalau aku mencintainya. Aku tidak bisa mengkhianatinya dengan pergi bersamamu.”
Jawabku dengan nada tegar. “Aku yakin kamu akan mendapatkan perempuan yang
lebih baik dariku.”
Rio diam sesaat. Ia
pergi melepas cintanya padaku dengan berjiwa besar. Ia menerima keputusanku. Ia
menyadari kalau cinta tidak harus memiliki dan cinta adalah bahagia melihat orang
yang dicintai bahagia. Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar